1. Pengertian Isi Pendidikan
Isi pendidikan adalah materi didik
yang mampu mengantar anak didik dewasa yang susila atau manusia utuh yang
berbudaya. Isi pendidikan tersebut berupa nilai-nilai yang tersusun sebagai
sistem nilai. Yang disebut nilai adalah sesuatu yang berharga, yang berguna,
yang diinginkan; singkatnya, yang baik.
Pendidikan dapat disebut sebagai proses
transfer (pemindahan) nila-nilai, dari orang dewasa yang susila atau manusia
dewasa yang utuh dan berbudaya kepada anak didik, yaitu manusia muda yang belum
dewasa dan perkembangan menuju manusia yang utuh dan berbudaya. Transfer nilai
dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu transmisi dan transformasi.
Isi pendidikan dapat dibedakan
sesuai pengertian umum dan pengertian khusus. Dalam pengertian umum, isi
pendidikan adalah nilai-nilai yang telah dipaparkan di atas. Dalam pengertian
khusus, yaitu pengajaran, isi pendidikan adalah informasi atau ilmu atau
pengetahuan yang ditransfer oleh pengajar kepada si belajar. Sesungguhnya,
informasi, ilmu, dan pengetahuan itu sendiri juga dapat disebut sebagai
nilai-nilai karena mengandung pengertian sesuatu yang baik, yang brharga, yang
bermakna, yang bermanfaat, dan yang diinginkan.
2. Isi Pendidikan dan Pandangan Hidup
Isi pendidikan itu selalu sesuai
dengan pandanagn hidup, falsafah dan ideologi masyarakat (keluarga, bangsa,
negara) dimana proses mendidik dan dididik itu terjadi. Untuk masyarakat, banga
dan negara Indonesia pandangan hidup, falsafah, ideologi atau nilai-nilai yang
dicita-citakan, yang diinginkan bersama itu adalah pancasila. Pancasila adalah
dasar dan tujuan bagi masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Maka isi
pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas dari niali-nilai Pancasila.
3. Macam-Macam Isi Pendidikan
Pandangan tentang kebutuhan manusia
secar umum dapat ditelusuri dari pendapat ahli filsafat yang terkait,
diantaranya :
a. Abraham Maslow
Maslow menyusun kebutuhan manusia secara hierarkhis dari yang paling bawah :
a) Kebutuhan fisiologis atau biologis (physiological need, biological need), seperti makan, minum, dan tidur.
b) Kebutuhan rasa aman (security,
safety), seperti tubuh yang sehat, pakaian, rumah untuk berlindung.
c) Kebutuhan sosial (belonging),
saling mencintai dan menerima, seperti berkawan, berkeluarga, berkelompok atau
bermasyarakat.
d) Kebutuhan penghargaan atau harga
diri (self-respect, esteem).
e) Kebutuhan pengakuan atau
aktualisasi diri (self-fulfillment), seperti menngembangkan bakat atau
kegemaran.
b. Drijarkara
Drijarkara, menyusun nilai-nilai
pendidikan menurut rumusan tujuan dalam Sisdiknas 2003 dari yang rendah ke yang
tinggi, yaitu :
a) Nilai vital (jasmani), seperti
makan, minum, pakaian, perumahan; berkonotasi dengan "sehat".
b) Nilai seni (keindahan), seperti
rasa bahagia dengan barang-barang yang halus, bagus, indah; berkonotasi dengan
"kreatif, indah".
c) Nilai kebenaran, seperti ilmu
pengetahuan, pengartian, pemahaman; berkonotasi dengan "cerdas, berilmu,
cakap".
d) Nilai kesusilaan (moral, etika),
seperti cinta sesama, saling menghormati, bekerjasama, inklusif, pluralisme;
berkonotasi dengan "berakhlaq mulia dan berbudi luhur, warga negara yang
demokratis serta bertanggungjawab".
e) Nilai religius (jiwa keagamaan)
yaitu pengakuan dan tunduk kepada Tuhan Yang Maha Esa; berkonotasi dengan
"beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa".
4. Macam-Macam Pendidikan Menurut
Isi Pendidikannya
Menurut isinya, pendidikan dapat
dibedakan menjadi :
a. Pendidikan jasmani dan
keterampilan
Pendidikan ini bertujuan untuk
menumbuhkan potensi-potensi tubuh atau fisik menjadi lebih tinggi atau lebih
besar dan lebih kuat hingga matang untuk menunaikan tugas atau fungsi perkembangan
fisik dan kesehatannya termasuk tugas perkembangan seksual untuk memberikan
keturunan. Pendidikan ini dimulai di keluarga secara informal, diteruskan atau
dibantu dalam masyarakat umum secara nonformal, dan di sekolah-sekolah secara
formal dalam bidang pelajaran olah raga dan kesehatan. Pendidikan jasmani dan
keterampilan ini memenuhi kebutuhan tingkat dasr / rendah, yaitu kebutuhan
fisiologis / biologis dan kebutuhan rasa aman, termasuk pertumbuhan ranah
psikomotorik.
b. Pendidikan seni
Pendidikan seni mengutamakan
perkembangan rasa seni pada anak didik. Dengan pendidikan seni pada diri anak
didik ditanamkan nilai-nilai keindahan, keteraturan, keselarasan, keseimbangan,
dan keharmonisan. Khusus untuk anak yang berbakat, pendidikan seni dapat menggembangkan
bakat seni tersebut menjadi seorang seniman, tetapi tidak setiap anak didik
dididik menjadi seniman. Sesunguhnya sampai taraf tertentu setiap orang adalah
seniman karena sifat kodratnya yang unik. Pendidikan seni dapat dibiasakan
mulai dari lingkungan keluarga, dengan mengatur dan merawat rumah, kamar dan
kebun; dilanjutkan di lingkungan masyarakat umum dan juga di sekolah-sekolah.
Ditinjau dari taksonomi Bloom, pendidikan seni dapat dimasukkan dalam
pengembangan ranah afektif, utamanya pada aspek emotif.
c. Pendidikan moral
Pendidikan moral utamanya
mengembangkan kesadaran diri agar mampu memahami dirinya di tengah-tengah
pergaulan dengan orang lain dan lingkungannya, sebagai anggota keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara, bahkan juga sebagai warga dunia secara global.
Pendidikan moral berarti proses menanamkan nilai-nilai kebaiakn untuk dapat
diinternalisai (dibatinkan) dalam diri anak didik hingga memahami mana yang
baik untuk dilaksanakan dan amana yang buruk untuk dihindarkan. Dilihat dari kebutuhan
manusia, pendidikan moral telah masuk dalam kebutuhan tingkat tinggi yang
pertama, yaitu kebutuhan sosial, sadangkan dari taksonomi Bloom termasuk dalam
pengembangan ranah afektif.
d. Pendidikan agama
Pendidikan agama menanamkan
nilai-nilai keagamaan atau jiwa dan semangat agama yang disebut religiusitas.
Pendidikan agama dimaksudkan untuk membantu anak didik membentuk kecerdasan
beragama, yaitu mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, taat menjalankan ibadah
agama, mengakui dan menghargai keberadaan agama dan umat beragama yang berbeda.
Pendidikan agama menjadi hak asasi dan otoritas mutlak dari orangtua, maka
pendidikan agama utamanya dilaksanakan dikeluarga. Dari segi kebutuhan manusia,
pendidikan agama memenuhi kebutuhan tingkat tinggi, yaitu pengakuan diri atau
harga diri dan aktualisasi diri, sementara dari taksonomi Bloom merupakan
pengembangan ranah afektif.
e. Pendidikan intelektual
Pendidikan intelektual mengembangkan
potensi, kemampuan, kecerdasan intelektual anak didik dalam menghadapi dan
memecahkan masalah konkret dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini biasanya
dilakukan di sekolah-sekolah, dengan mempelajari berbagai mata pelajaran.
Dilihat dari kebutuhan manusia termasuk dalam pemenuhan kebutuhan tingkat
tinggi, yaitu aktualisai diri lewat penilaian, temuan, karya ilmiah, pendapat,
dan lain-lain. Dari taksonomi Bloom, termasuk dalam penggembangan ranah
kognitif.
B. KURIKULUM
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
2. Kurikulum Sebagai Isi Pendidikan
Terpilih
Ada beberapa kriteria yang digunakan
untuk memilih pengetahuan sebagai kurikulum dalam pendidikan, antara lain :
a) Kesesuaian dengan falsafah,
pandanga hidup, ideologi, keyakinan, dan sikap masyarakat.
b) Kesesuaian dengan waktu yang
tersedia.
c) Manfaat bagi anak didik.
3. Teori Kurikulum Pendidikan
Kurikulum terkait erat dengan
pendidikan arti khusus, yaitu pengajaran di sekolah. Moore mengemukakan tiga
teori kurikulum, yaitu :
a. Kurikulum Utilitarian
Kata "utilitarian" secara
kasar dapat dimaknai dalam dua arti yang berbeda tetapi terkait, yaitu "
bermanfaat" dan "kondusif bagi kebahagiaan umat manusia". Para
ahli filsafat Utilitarian berpendapat bahwaaktifitas manusia hendaknya
meningkatkan kebahagiaan sebagian besar umat manusia. James Mill, salah seorang
pemimpin Utilitarian, menyatakan bahwa tugas pendidikan adalah membuat pikiran
manusia sebagai sumber kebahagiaan, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk
orang lain. Pendidikan merupakan suatu acara mempersiapkan anak didik hidup
bahagia di dunia ini.
b. Kurikulum Rasionalitas
Kurikulum rasionalitas adalah isi
pendidikan yang dipilih dan ditetapkan untuk menghasilkan pemikiran yang
rasional. Dalam buku "The Republic" kurikulum dirancang untuk
menghasilkan manusia yang mampu memahami bentuk-bentuk realitas (kenyataan
hidup) yang berada di balik penampilan dunia keseharian. Rasionalitas merupakan
masalah tindakan yang berdasar pada alasan yang baik, dan alasan yang baik itu
akhirnya tergantung pada pengetahuan. Tanpa pengetahuan tentang pengalaman
manusia anak tidak akan mampu bertindak berdasarkan alasan yang baik. Dengan
demikian, pengetahuan akan menjadi paling bermanfaat, yang menyiapkan anak
untuk kehidupan yang rasional, dengan memberikan kepada mereka landasan
intelektual bagi tindakan rasional.
c. Kurikulum Warisan
Inti dari pendidikan adalah
menghantarkan anak-anak ke dalam tradisi publik yang ada melalui pengetahuan.
Tradisi publik dapat dipandang sebagai suatu jenis warisan, suatu tingkat
kehidupan dalam hal mana semua anggota ras manusia mempunyai suatu kepentingan.
Tradisi itu adalah kebudayaan, dan kebudayaan terdiri atas intelektual,
estetika, moral, dan prestasi material manusia dalam sejarahnya yang panjang.
C. METODE PENDIDIKAN
1. Pengertian Metode Pendidikan
Metode dapat diartikan sebagai
"cara", sehingga yang dimaksud dengan metode pendidikan adalah
cara-cara yang digunakan dalam proses pendidikan (kegiatan pendidikan, tindakan
mendidik) agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Setiap
metode memiliki ciri khasnya sendiri, bersifat spesifik, khusus, sehingga
pendidik harus memilih secara cermat dengan berbagai timbangan.
2. Pertimbangan Dalam Memilih Metode
Pendidikan
Fungsi utama metode pendidikan
adalah menghantar tindakan mendidik untuk mencapai tujuan pandidikan secara
efektif dan efisien. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih
metode pendidikan, yaitu :
a. Tujuan yang telah ditetapkan
Tujuan berperan penting dalam
menentukan metode, tetapi tidak berlaku ungkapan "tujuan menghalalkan
segala cara" sebagaimana telah menjadi sikap penganut paham komunis;
artinya tujuan yang baik harus dicapai dengan cara-cara yang baik pula.
b. Lingkunngan, suasana, dan
fasilitas pendidikan
Lingkungan merupakan faktor penting
dalam pendidikan, maka pemilihan metode pendidikan juga harus disesuaikan
dengan lingkungan dimana kegiatan mendidik dan dididik itu terjadi. Lingkungan
biasanya terkait erat dengan suasana dan fasilitas yang tersedia.
c. Sistem dan kurikulum pendidikan
Sistem pendidikan erat terkait
dengan kurikulum yang digunakan. Khusus yang terkait dengan waktu yang tersedia
dalam kurikulum, waktu yang berbeda juga menuntut metode yang berbeda pula,
termasuk bila materi yang dididikkan sama.
d. Kebutuhan anak didik
Kebutuhan anak didik dalam hal ini
dapat diartikan sebagai tingkat perkembangan anak didik, kemampuan anak didik,
situasi dan kondisi anak didik.
e. Kemampuan pendidik
Akhirnya keefektifan metode
pendidikan sangat tergantung pada kemampuan pendidik. Kemampuan ini dapat
meliputi kemampuan untuk menemukan, memfasilitasi, dan melaksanakannya.
3. Macam-Macam Metode Pendidikan
a. Metode pendidikan
Metode ini terkait dengan pendidikan
arti umum, maka juga dapat disebut sebagai metode umum pendidikan. Metode ini
dikuasai oleh semua pendidik secara tradisional, lewat pengalaman, tidak
memerlukan pendidikan atau pelatihan khusus.
b. Metode pengajaran
Metode ini digunakan dalam
pendidikan formal di sekolah-sekolah.
c. Metode penelitian pendidikan
Metode ini termasuk metode
pendidikan khusus yang digunakan untuk menilai pelaksanaan program pendidikan.
4. Metode Pengajaran
Metode pengajaran juga dapat disebut
sebagai strategi pengajaran, yaitu pola tindakan guru yang berulang-ulang, yang
diterapkan pada berbagai mata pelajaran, yang menjadi sifat lebih dari satu
guru, dan relevan bagi pengajaran. Berikut beberapa strategi atau metode
pengajaran, yaitu :
a. Ceramah
b. Diskusi
c. Latihan dan Praktik
d. Belajar Bebas
e. Investigasi Kelompok
f. Pendekatan Laboratori
g. Penemuan
h. Pusat Pemvelajaran
i. Simulasi
j. Modifikasi Tingkah Laku
k. Paket Kegiatan Belajar Berbasis
Penampilan
l. Melakuka-Melihat-Belajar
m. Pembelajaran Kontekstual
n. Cara Belajar Cepat (CBC)
No comments:
Post a Comment