Pendidikan IPS di SD
( PENILAIAN HASIL BELAJAR IPS NON TES )
Dosen pengampu : KHUSNUL FAJRIYAH, S.Pd,M.Pd
Dosen pengampu : KHUSNUL FAJRIYAH, S.Pd,M.Pd
DISUSUN
OLEH :
RYAN HADI P. 13120137
RYAN HADI P. 13120137
WINANDA
R. 13120176
SITI
FATIMAH 13120145
RETI
HESTININGSIH 13120158
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG
2014
A. Pengertian
Teknik penilaian non tes jika dilihat dari kata
yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai teknik penilaian yang
dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini dilakukan lewat pengamatan
secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non tes biasanya dilakukan untuk
mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft skill, terutama yang
berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh peserta didik
dari apa yang diketahui atau dipahaminya. Dengan kata lain, instrument ini
berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada pengetahuan dan
proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan Panca indera (Widiyoko, 2009)
B.
Jenis-jenis teknik non
tes
Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai
keperibadian anak secara menyeluruh meliputi:
1.
Pengamatan (observation)
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang
sedang dijadikan sasaran pengamatan.
a. Tujuan utama observasi
antara lain :
1). Mengumpulkan data dan
inforamsi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan,
baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
2). Mengukur perilaku kelas
(baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan
guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial
(social skill)
3). Menilai tingkah laku
individu atau proses yang tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang
sengaja dibuat.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat
digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu
belajar belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu,
observasi juga dapat digunakan untuk menilai penampilan guru dalam mengajar,
suasana kelas, hubungan sosial sesama, hubungan sosial sesama peserta
didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial lainnya
b.
Karakteristik
Observasi
1) Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
2) Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara sistematis, logis,
kritis, objektif, dan rasional.
3) Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
4) Praktis penggunaannya.
c. Pembagian Observasi
Jika kita melihat dari dari kerangka kerjanya,
observasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1). Observasi berstruktur,
yaitu semua kegiatan guru sebagai observer telah ditetapkan terlebih dahulu
berdasarkan kerangka kerja yang berisi faktor yang telah diatur
kategorisasinya. Isi dan luas materi observasi telah ditetapkan dan dibatasi
dengan jelas dan tegas.
2). Observasi tak
berstruktur, yaitu semua kegiatan guru sebagai obeserver tidak
dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti. Kegiatan
obeservasi hanya dibatasi oleh tujuan observasi itu sendiri.
Apabila dilihat dari teknis pelaksaannya, observasi dapat ditempuh
melalui tiga cara, yaitu:
1) Observasi langsung, observasi yang dilakukan secara
langsung terhadap objek yang diselidiki.
2) Observasi tak langsung, yaitu observasi yang dilakukan melalui
perantara, baik teknik maupun alat tertentu.
3) Observasi partisipasi, yaitu observasi yang dilakukan dengan
cara ikut ambil bagian atau melibatkan diri dalam situasi objek yang diteliti.
d.
kelebihan
Dan Kekurangan Observasi
Menurut Arifin (2009)
Kelebihan dan kekurangan observasi antara lain:
Kelebihan
1) Observasi merupakan alat
untuk mengamati berbagai macam fenomena.
2) Observasi cocok untuk
mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang sedang melakukan suatu
kegiatan.
3) Banyak hal yang tidak
dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan observasi.
4) Tidak terikat dengan
laporan pribadi.
Kekurangan
1) Seringkali pelaksanaan
observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada kesan yang kurang
menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
2) Biasanya masalah pribadi
sulit diamati.
3) Jika yang diamati
memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
e.
Pedoman
penyusunan observasi
Adapaun langkah-langkah
penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan observasi
2. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
3. Menyusun pedoman observasi
4. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang
berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru
dalam pembelajaran
5. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat
kelemahan-kelemahan pedoman observasi
6. Merefisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
7. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Berikut ini contoh format observasi :
Nama Sekolah : ………………
Mata Pelajaran : ………………
Bahan Kajian
: ………………
Nama Guru : …………..
Hari/tanggal : ……………
Pukul : …………………
A. Tujuan
Tujuan penggunaan
instrument ini adalah untuk mengukut kemampuan guru mengelola pembelajaran
askeb I (kehamilan) di kelas dengan model
konstad
B. Petunjuk
1)
Objek
penilaian adalah kemampuan guru mengelola pembelajaran di kelas
2) Bapak/ibu dapat
memberikan penilaian, dengan cara member tanda cek (√) pada lajur yang tersedia
3)
Makna
angka penilaian adalah 1 (tidak baik); 2 (kurang baik); 3 (cukup baik); 4
(baik)
No
|
Aspek yang
diamati/penilaian
|
Skala Penilaian
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
I.
|
Fase Persiapan Mental
|
||||
a.
Menyampaikan secara
lisan hasil belajar dan indikator ketercapaian hasil belajar dan jika perlu
member penjelasan
|
|||||
b.
Memotivasi mahasiswa
dengan cara member informasi tentang pentingnya mengenal manfaat bahan kajian
untuk memecahkan masalah dalam mata pelajaran lainnya maupun kehidupan
sehari-hari
|
|||||
c.
Memberitahukan
beberapa pokok materi yang perlu dipahami mahasiswa yaitu pengetahuan
prasyarat yang diaktifkan dan bagaimana mahasiswa dapat menggunakan pemahaman
itu untuk mencapai hasil belajar
|
|||||
II.
|
Fase Advance Organizer
|
||||
a.
Mengaktifkan
pengetahuan prasyarat mahasiswa dengan cara :
|
|||||
1.
Mempersilahkan
mahasiswa membaca bagian tertentu buku mahasiswa
|
|||||
2.
Melakukan komunikasi
interaktif dengan mahasiswa. Materi inti dalam komunikasi interaktif ini
termuat dalam lembar Advance Organizer (LAO)
|
|||||
b.
Mengaktifkan pola
berpikir mahasiswa agar lebih terfokus pada bagaimana mengonstruksikan
pengetahuan baru.
|
|||||
III.
|
Fase Konstruksi
Pengetahuan Baru
|
||||
a.
Penyampaian masalah
dalam wujud tertulis kepada mahasiswa dengan cara :
|
|||||
1.
Menyerahkan LKS dan
memberi penjelasan tentang bekerja dengan LKS tersebut
|
|||||
2.
Mempersilahkan
mahasiswa membuka buku mahasiswa pada bagian tertentu
|
|||||
b.
Memberi kesempatan
pada mahasiswa utnuk menyelidiki masalah dengan cara mempersilahkan mahasiswa
membaca LKS yang sudah diberikan. Dosen memantau mahasiswa yang sedang
menyelidiki masalah
|
|||||
c.
Memberi kesempatan
kepada mahasiswa untuk memecahkan masalah dengan mengisi LKS, selanjutnya
dosen berkeliling kelas memantau aktifitas mahasiswa dan jika perlu member
masukan kepada mahasiswa secara individu. Dalam hal ini dosen tidak
memberikan jawaban kepada mahasiswa tetapi dosen mengiuti jawaban mahasiswa.
|
d.
Dosen memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan klarifikasi ide dengan cara:
|
|||||
1.
Mempersilahkan
mahasiswa duduk dengan formasi kelompok
|
|||||
2.
Mempersilahkan
mahasiswa berdisukusi dalan kelompoknya tentang hasil yang dicapai dalam
mengisi LKS. Mengikuti diskusi mahasiswa dan member masukan berdasarkan
jawaban mahasiswa
|
|||||
3.
Mempersilahkan wakil
dua kelompok yang dipilih secara acak untuk mempresentasikan hasil disukusi
|
|||||
IV
|
Fase Penguatan
Kognitif Baru
|
||||
Menguji gagasan baru yang dikonstruksikan
mahasiswa dengan cara :
|
|||||
a.
Memersilahkan
mahasiswa mengerjakan soal tantangan yang sudah ditentukan dalam RP dan
memantau pekerjaan mahasiswa
|
|||||
b.
Membahas bersama
mahasiswa soal yang tidak dapat dipecahkan oleh kebayakan mahasiswa
|
|||||
c.
Melakukan penarikan
kesimpulan menyeluruh tentang pelajaran pada tatap muka ini
|
|||||
V
|
Pengelolaan Waktu
|
||||
VI
|
Pengamatan suasana
kelas :
|
||||
a.
Siswa antusias
|
|||||
b.
Guru antusias
|
|||||
……………….,…………………………
Pengamat/ Penilai
…………………………………..
|
2.
Wawancara (interview)
a.
Pengertian
Menurut Sudijono (2009)
wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan
dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan
arah tujuan yang terlah ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah
komunikasi langsung antara yang mewancarai dan yang diwancarai.
Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan
bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya
jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat
komunikasi).
b.
Pembagian
wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam
evaluasi, yaitu:
1)
Wawancara
terpimpin (guided interview)
Yaitu biasanya juga
dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau
wawancara sistematis (systematic interview), dimana wawancara ini selalu
dilakukan oleh evaluator dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disusun terlebih dahulu dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi,
dalam hal ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban
yang sudah disediakan.
2)
Wawancara
tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal dengan istilah
wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak sistematis
(nonsystematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh patokan-patokan
yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas, pewancara selaku
evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik atau orang
tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan bebas
mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik kesimpulan
hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan kesulitan-kesulitan,
terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat bahwa daya ingat
manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil wawancara itu dicatat
seketika.
c.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan evaluator dalam pelaksanaan wawancara antara lain
; evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat
apa yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber
tidak hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain
itu evaluator harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi.
Kadang kala banyak evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur
subyektivitas muncul pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah
dilaksanakan.
d.
Tujuan
wawancara
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara
yakni :
1) Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan
suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu.
2) Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3) Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau
orang tertentu.
e.
Kelebihan
Dan Kekurangan
Berbeda dengan observasi, wawancara memiliki kelebihan antara lain
;
1) dapat secara luwes mengajukan pertanyaan sesuai
dengan situasi yang dihadapi pada saat itu
2) mengetahui perilaku nonverbal, misalnya rasa
suka, tidak suka atau perilaku lainnya pada saat pertanyaan diajukan dan
dijawab oleh sumber
3) Pertanyaan dapat diajukan secara berurutan sehingga sumber dapat
memahami maksud penelitian secara baik, sehingga dapat menjawab pertanyaan
dengan baik pula
4) Jawaban tidak dibuat oleh orang lain tetapi benar oleh sumber yang
telah ditetapkan
5) Melalui wawancara, dapat ditanyakan hal-hal yang
rumit dan mendetail.
Namun, wawancara juga memiliki kelemahan antara lain :
1) memerlukan banyak waktu dan tenaga dan juga
mungkin biaya
2) dilakukan secara tatap muka, namun kesalahan
bertanya dan kesalahan dalam menafsirkan jawaban, masih bisa terjadi
keberhasilan wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara.
Contoh pertanyaan-pertanyaan yang biasa dilaksanakan pada saat
wawancara:
Pertanyaan-pertanyaan :
1)
Apakah mahasiswa
mengalami kesulitan memahami petunjtuk baik arahan dari dosen atau petunjuk
dari dalam LKS?
…………………………………………………………………………….
2)
Pada saat mengalami
kesulitan apakah mahasiswa berusaha betanya kepada teman lain atau kepada
dosen?
……………………………………………………………………………
3)
Apakah bimbingan guru
selalu dibutuhkan mahasiswa agar dapat memahami materi pelajaran?
……………………………………………………………………………
4)
Apakah mahasiswa
mempunyai buku paket atau referensi yang berhubungan dengan materi yang sedang
dibahas?
……………………………………………………………………………
5)
Apakah mahasiswa selalu
mengerjakan tugas-tugas dari dosen?
……………………………………………………………………………
6)
Apakah materi pelajaran
dirasakan mahasiswa tidak ada manfaatnya dalam kehidupannya kelak?
……………………………………………………………………………
7)
Apakah mahasiswa
di luar jam ataupun di rumah berusaha belajar dengan teman yang lain?
……………………………………………………………………………
8)
Apakah menurut mahasiswa
lingkunga di sekolah (di dalam dan di luar kelas) kondusif untuk belajar?
……………………………………………………………………………
9)
Apakah orang tua
mahasiswa di rumah menyuruh untuk belajar?
……………………………………………………………………………
10) Apakah mahasiswa
mempunyai keinginan untuk keluar dari kesulitan yang dihadapinya?
……………………………………………………………………………
3. Kuesioner
a.
Pengertian
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Adapun
tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai
salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Hal
ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang menyatakan
kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang
dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data.
Selain itu, data yang dihimpun melalui angket
biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan kesulitan-kesulitan yang
dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar,
bimbingan guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada
umumnya dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket
dapat disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.
b.
Tujuan
kuesioner/ angket
Adapun beberapa tujuan dari pengembangan angket adalah :
1) Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari siswa tentang
pembelajaran matematika.
2) Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai tingkat
penguasaan tertentu.
3) Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam belajar.
4) Membantu anak yang lemah dalam belajar.
5) Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa dalam pembelajaran
matematika.
c.
Jenis
kuesioner
Jenis-jenis kuesioner
(menurut Yusuf , dalam Artiatiu, 2010)
1.Kuesioner dari segi
isi dapat dibedakan atas 4 bagian yaitu:
1) Pertanyaan fakta adalah
pertanyaan yang menanyakan tentang fakta antara lain seperti jumlah sekolah,
jumlah jam belajar, dll.
2) Pertanyaan perilaku
adalah apabila guru menginginkan tingkah laku seseorang siswa dalam kegiatan di
sekolah atau dalam proses belajar mengajar.
3) Pertanyaan informasi
adalah apabila melalui instrument itu guru ingin mengungkapkan berbagai
informasi atau menggunakan fakta.
4) Pertanyaan pendapat dan
sikap adalah kuesioner yang berkaitan dengan perasaan, kepercayaan
predisposisi, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan objek yang dinilai.
2. Kuesioner dari jenisnya
dapat dibedakan atas 3 yaitu :
1) Tertutup, kuesioner yang
alternative jawaban sudah ditentukan terlebih dahulu. Responden hanya memilih
diantara alternative yang telah disediakan.
2) Terbuka, kuesioner ini
memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapatnya tentang sesuatu
yang ditanyakan sesuai dengan pandangan dan kemampuannya. Alternative jawaban
tidak disediakan. Mereka menciptakan sendiri jawabannya dan menyusun kalimat
dalam bahasa sendiri
3) Tertutup dan terbuka,
kuesioner ini merupakan gabungan dari kedua bentuk yang telah dibicarakan. Yang
berarti bahwa dalam bentuk ini, disamping disediakan alternative,
diberi juga kesempatan keoada siswa/mahasiswa
untuk mengemukakan alternative jawabannya sendiri, apabila alternative yang
disediakan tidak sesuai dengan keadaan yang bersangkutan.
3. Kuesioner dari segi yang menjawab dapat dibedakan atas 2,
yaitu :
1) Kuesioner langsung,
yaitu kuesioner yang langsung dijawab/diisi oleh individu yang akan diminta
keterangannya.
2) Kuesioner tidak
langsung, yaitu kuesioner yang diisi oleh orang lain, (orang yang tidak diminta
keterangannya).
d.
Kelebihan
dan kekurangan
Ada beberapa hal yang menjadi kelebihan angket sebagai instrument
evaluasi, diantaranya yaitu:
1) Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak
yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2) Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3) Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat
dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1) Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas,
sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan
kembali
2) Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh
semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara
mendetail.
3) Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan
semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang
diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
4.
Riwayat Hidup
Ini adalah salah satu tehnik non tes dengan
menggunakan data pribadi seseorang sebagaibahan informasi penelitian. Dengan
mempelajari riwayat hidup maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu
kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari objek yang dinilai.
Evaluasi cara ini mengenai kemajuan,
perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik
non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan
terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai
riwayat hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik
dilahirkan, agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya.
Selain itu juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik,
dokumen yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat
tentang lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar,
lampu penerangan dan sebagainya (Sudijono : 2009).
Beberapa informasi, baik mengenai peserta didik,
orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu
sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan
evaluasi hasil belajar terhadap peserta
5.
Studi kasus
a.
Pengertian
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam
proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya (Djamarah :
2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin,
sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar. Untuk itu guru menjawab tiga
percayaan inti dalam studi kasus, yaitu:
1) Mengapa kasus tersebut
bisa terjadi?
2) Apa yang dilakukan oleh
seseorang dalam kasus tersebut?
3) Bagaimana pengaruh
tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi,
bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data
yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan
diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan
studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat
yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara
secara mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang
kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan
kesehatan, dan sebagainya.
b.
Kelebihan
dan kekurangan
Seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi
kasus juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat
mempelajari seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya
dapat diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil
studi kasus tidak dapat digeneralisasikan
No comments:
Post a Comment